Ternyata wanita Jepang rawan terhadap pelecehan seksual yang akhirnya berdampak pada pemerkosaan. Seringkali kasus-kasus pemerkosaan terjadi dan menimpa pelajar sekolah di Jepang dan ini tentunya mengundang pertanyaan. Apakah yang menyebabkan mereka rawan mengalami hal tersebut?
Salah satu hal yang menjadi pencetusnya adalah gaya berpakaian siswi-siswi sekolah di Jepang yang memang memakai bawahan rok super mini. Bahkan di Kyoto sendiri pelajar sekolah memakai rok amat pendek yaitu rata-rata hampir 17 cm diatas lutut, bisa dibayangkan betapa pendeknya rok tersebut.
Sehingga jika duduk atau berdiri maka dengan gerakan sedikit saja rok tersebut akan tersingkap dan memperlihatkan pakaian dalam perempuan tersebut.
Ternyata memang sudah menjadi kebiasaan di Jepang bahwa siswi-siswi di sekolahnya memakai rok yang super mini. Mereka dengan beraninya memamerkan bagian bawah tubuh mereka, apalagi rata-rata perempuan jepang berkulit putih dan mulus.
Dengan gaya berpakaian seperti itu maka pelecehan seksual merajalela. Ternyata di sekolah jepang khusus perempuan sendiri diwajibkan memakai rok mini diatas lutut entah apa alasannya.
Untuk kamu para ladies, sebaiknya berhati-hati dalam berpakaian karena pakaian minim dan seronok akan mengundang bahaya pemerkosaan jika memakai angkutan umum.
Suasana Jepang terutama di kota besar seperti Tokyo dan Osaka kalau sudah malam hari (yoru) memang berubah lain. Selain mabuk dan hiburan malam, saat ini tidak sedikit pula kejahatan terjadi. Antara lain karena perekonomian Jepang masih belum pulih, pertumbuhan praktis nol persen setahun.
Siang hari juga ada chikan (chijo untuk wanita yang melakukan), yaitu pelecehan seksual di dalam kereta api yang penuh sesak. Bahkan survei 2001 (awal tahun 2000-an) menghasilkan data cukup mengagetkan. Terhadap sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA) sekitar 70 persen siswa menyatakan pernah kena chikan.
Apa itu chikan atau chijo? Chikan adalah pelecehan seksual dilakukan laki-laki (chijo bagi wanita) di dalam kereta api. Misalnya memegang-megang pantat wanita yang tak dikenal, meremas buah dada, dan pelecehan seksual lain. Bahkan, kalau melihat video panas buatan Jepang, ada yang melakukan hubungan seks di dalam kereta api.
Kasus Chikan tercatat di kepolisian Jepang sekitar 170 kasus per tahun. Chikan adalah perbuatan kriminal, karena itu hukumannya bisa masuk penjara dan atau denda yang cukup besar sampai jutaan yen.
Ada yang sempat menyaksikan sendiri seorang gadis masuk lalu berdiri di samping pria ganteng dengan jas lengkap rapi layaknya pekerja kantoran. Tak lama kemudian tangan kanannya mulai meraba pinggang wanita yang baru masuk lalu perlahan ke bawah meraba pantatnya.
Kelakuan ini dilakukan terutama saat kereta api penuh sesak. Biasanya wanita tidak melaporkan kejadian tersebut karena malu yang besar. Diketahui banyak orang dan bisa masuk koran sehingga bisa malu besar, bahkan bisa diejek sekelilingnya bila mengetahui hal tersebut (di- Ijime).
Tetapi bagi wanita yang berani, melaporkan hal itu ke polisi, maka polisi langsung menangkap dan bisa dimasukan penjara dan atau denda cukup besar.
Apabila lelaki menyangkal perbuatan tersebut, pihak polisi punya alat khusus dan canggih saat ini sehingga bisa mengetahui pelaku secara benar. Sidik jari pelaku kelihatan di baju atau pakaian wanita yang dirogoh nya tersebut dapat kelihatan dengan jelas berkat bantuan alat khusus tersebut.
Itulah sebabnya lelaki di Jepang kalau keadaan sempit ramai penuh, biasanya sangat hati-hati dengan kedua tangannya. Tidak sedikit yang ke atas memegang pegangan kereta api. Yang penting tangannya tidak menyentuh pakaian wanita di dekatnya.
Kejadian Chikan ini banyak terjadi saat pagi sekitar jam 8 pagi penuh sesak dan pulang kantor penuh sesak sekitar jam 18.00. Kereta api yang banyak chikan terutama di Kantor (Tokyo dan sekitarnya) adalah Tokaido Line, Saikyo Line, Chuuo Line dan Chiyoda Line. Umumnya kereta api perjalanan agak jauh, sehingga pelaku kejahatan dapat melakukan aksinya dengan pelan-pelan (ada waktu untuk melakukan chikan).
Setelah melakukan, apabila sang wanita kelihatan melawan, maka pelaku biasanya menghindar pergi ke tempat lain, takut diteriaki wanita tersebut. Atau setelah pintu kereta api terbuka segera berjalan cepat menghindar.
Meskipun chikan dilakukan sebagai kejahatan, ada pula yang sengaja melakukan dengan direncanakan, khususnya terhadap tokoh masyarakat. Tujuannya adalah pemerasan. Hal ini dilakukan Yakuza dengan berkelompok. Wanita sebagai pancingan dan anggota yakuza lain memperhatikan dari jauh. Apabila dilakukan chikan oleh tokoh tersebut, dia akan diperas, karena akan berhadapan dengan hukuman denda yang besar atau penjara bahkan nama baiknya rusak di masyarakat Jepang.
Tindakan cabul yang sering terjadi pada siswi di Jepang bukan kabar baru. Untuk itu, Takakura Junior High School telah melakukan modifikasi pada rok sekolah mereka. Rok yang diberi nama culotte skirt ini sekilas memang tampak seperti rok lipit pada umumnya, tetapi sebetulnya itu adalah celana pendek. Istilah “culotte” sendiri mengacu pada pakaian yang terlihat seperti rok, dan ini cukup umum digunakan sebagai seragam di luar Jepang. Sementara itu, di Perancis, istilah “culotte” lebih mengacu pada celana dalam wanita.
Di Jepang, sekitar 95 persen dari sekolah tinggi memberlakukan pemakaian seragam. 5 persen sisanya tidak mengharuskan siswanya memakai seragam, namun jika ingin mereka boleh mengenakannya.Karena masing-masing sekolah memiliki seragam berbeda, model seragam sering menjadi faktor penting yang menentukan siswa memilih suatu sekolah. Meski sudah banyak siswi yang memakai celana pendek ketat di balik rok mereka untuk melindungi diri dari para maniak, ide membuat rok culotte, busana yang juga populer dengan wanita muda Jepang, tampaknya menjadi alternatif yang cerdas dan aman.
Tags:
Info Unik